Pendiri Kompas Gramedia sekaligus Pemimpin Umum Harian Kompas, Jakob Oetama (88), meninggal dunia di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta Utara, Rabu 9 September 2020. Tentunya ini kehilangan sesosok orang yang berjasa dalam dunia media.
Jakob Oetama mengawali kariernya sebagai seorang guru. Namun, dia kemudian memilih jalan sebagai wartawan hingga kemudian mendirikan jaringan media terbesar, Kompas Gramedia, bersama rekannya, PK Ojong. Jakob, yang lahir dengan nama asli Jakobus Oetama, awalnya bercita-cita menjadi seorang pastor, tetapi niatnya itu tidak terwujud. Jakob berkeinginan untuk menjadi guru karena guru juga menjadi profesi dari sang ayah.
Jakob memutuskan untuk merantau ke Jakarta guna mewujudkan cita-citanya menjadi guru seperti sang ayah. Dia sempat mengajar di beberapa SMP. Lalu melanjutkan ke Perguruan Tinggi Publisistik Jakarta serta Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada (UGM) hingga lulus pada 1961.
Belajar sejarah menumbuhkan minat Jakob untuk menulis. Karier Jakob Oetama di dunia jurnalistik bermula dari pekerjaan barunya sebagai redaktur majalah Penabur Jakarta. Pada 1963, bersama rekan terbaiknya, almarhum Petrus Kanisius Ojong (PK Ojong), Jakob Oetama menerbitkan majalah Intisari yang menjadi cikal-bakal Kompas Gramedia. Kepekaannya pada masalah manusia dan kemanusiaanlah yang kemudian menjadi spiritualitas Harian Kompas, yang terbit pertama kali pada 1965.
Hingga lebih dari setengah abad kemudian, Kompas Gramedia berkembang menjadi bisnis multi-industri, Jakob Oetama tidak pernah melepas identitas dirinya sebagai seorang wartawan. Baginya, "Wartawan adalah profesi, tetapi pengusaha karena keberuntungan." Semasa hidup, Jakob Oetama dikenal sebagai sosok sederhana yang selalu mengutamakan kejujuran, integritas, rasa syukur, dan humanisme. Di mata karyawan, ia dipandang sebagai pimpinan yang "nguwongke" dan tidak pernah menonjolkan status atau kedudukannya. Almarhum berpegang teguh pada nilai humanisme transendental yang ditanamkannya sebagai fondasi Kompas Gramedia. Idealisme dan falsafah hidupnya telah diterapkan dalam setiap sayap bisnis Kompas Gramedia yang mengarah pada satu tujuan utama, yaitu mencerdaskan kehidupan Bangsa Indonesia.